Untuk Mewujudkan Kemajuan Di Bidang Akademik Dan Non Akademik SMP NEGERI 2 AMPELGADING Dalam Festival Panen Hasil Belajar



media online 86berita.co.id provinsi jawa tengah


UNTUK MENUNJUKAN KEMAJUAN Di BIDANG AKADEMIK DAN NON AKADEMIK, SMP NEGERI 2 AMPELGADING MENGGELAR FESTIVAL PANEN HASIL BELAJAR.


Pemalang, SMP 2 Ampelgading, Mengadakan acara festival panen hasil belajar, Pada 20 Juni 2023 di halaman gedung SMP 2 Ampelgading.

Menurut Kepala SMP Negeri 2 Ampelgading"Bahrun Rosyid', Festival panen hasil belajar merupakan program gelar karya akhir tahun kurikulum merdeka Tahun ajaran 2022/2023 untuk kelas 7 dan 8.

Selain kegiatan festival panen hasil belajar, Bahrun Rosyid mengatakan ada juga beberapa kegiatan dalam program gelar karya kurikulum merdeka, Diantaranya adalah kewirausahaan dan kunjungan industri.

" Adapun jenis kegiatannya kemarin ada kewirausahaan dan kunjungan industri. Dan pada hari ini kita mengadakan festival hasil panen belajar.

" Ini adalah kegiatan seni budaya nya, Intinya gelar karya dalam rangka menciptakan hasil panen dalam Tahun ajaran 2022/2023, Lanjutnya.

Menurut Bahrun Rosyid, Tujuan diadakannya kegiatan festival panen hasil belajar kali ini untuk menunjukan bahwa di SMP 2 Ampelgading mengalami kemajuan di bidang akademik dan non akademik.

Bahkan menurut Bahrun Rosyid, Hari ini SMP Negeri 2 Ampelgading mengirimkan Tiga siswanya, Untuk menjadi duta kontes di Kabupaten Pemalang. 

PewartA
( Toufiq).

MH86B

Dipublikasi oleh media online 
MUJIHARTONO







------------------------------------------------------

*_NAFKAH LIMA BELAS RIBU_*

*Bab 66 : Pov Agam*


Riddhollahi fi ridhol walidain. Rida Allah terletak pada rida kedua orang tua.

Hadits Nabi itulah yang menjadi pedoman hidupku selama ini. Apa pun yang aku lakukan, harus sesuai dengan rida orang tuaku. Bapak dan Ibu bagaikan raja dan ratu dalam hati ini. Tidak ada yang bisa menggantikan posisi mereka berdua, sekalipun itu istri dan kedua anakku.

Jasa ibu sangatlah besar dalam hidupku.

Bertahun-tahun beliau rela merantau ke negeri orang demi menghidupi anak-anaknya. Aku berjanji, bila diriku sukses, maka seluruh uang akan kuserahkan pada ibu. Sebagai balas budi atas pengorbanan yang dilakukan beliau selama ini.

Saat aku masih duduk di bangku SMA, ibu pulang dari luar negeri dengan keadaan memprihatinkan. Tubuhnya kurus karena jarang diberi makan oleh majikan. Hingga seluruh keluarga besar menangisi hal itu.

Menurut cerita ibu, beliau sering mengais makanan dari tong sampah selama di sana. Bila melakukan kesalahan sedikit, selalu disiram pakai air kotor. Kehidupannya macam tahanan yang tidak boleh keluar rumah. Bila pemilik rumah pergi, sudah pasti dikunci dari luar. Betapa malang nasib wanita yang telah melahirkanku.

Beruntungnya, uang gajian masih diberi walaupun dipotong. Janji akan diberikan semuanya setelah kontrak habis. Hal yang paling membuat pilu adalah, saat makan tiba, bukannya diberi makanan, ibu malah diminra memberi makan pada lima anjing peliharan sang majikan.

Suatu hari, ibuku memiliki waktu sendiri di rumah sang majikan. Kesempatan itu digunakan untuk menghubungi kerabat kami yang sama-sama menjadi TKW di Negeri Jiran. Mereka berencana untuk melakukan sebuah sandiwara.

Wanita yang masih ada ikatan saudara dengan ibu itu menelpon dan memberitahu bahwa orang tua ibu meninggal dunia dan harus segera pulang. Dengan alasan itulah, akhirnya Ibu terbebas meski tidak mendapatkan gaji selama dua tahun. Beliau berhasil pulang hanya berbekal uang gaji setahun pertama.

Sejak itu, aku bertekad untuk menjadi orang sukses. Supaya bisa membahagiakan seorang yang telah mengandungku selama sembilan bulan.

Beberapa bulan di rumah, Ibu memutuskan kembali merantau. Kali ini, beliau mendapatkan majikan yang baik. Nasib baik juga membawaku pada sebuah status sebagai Pegawai Negeri Sipil. Aku sadar, ini adalah anugera dari Allah atas pengorbanan ibu.

Setelah mendapatkan SK dari bupati, aku langsung menghubungi ibu dan memintanya pulang. Beliau sangat bahagia mendengar kabar menggembirakan itu. Tangis haru terdengar dari gawai jadulku.

Semenjak itulah, aku bisa hidup bersama ibu. Kini, beliau tidak perlu menjadi pembantu hanya untuk menghidupi kami. Seluruh gaji kuserahkan padanya. Aku mengambil untuk sekadar beli bensin saja.

Memilih Nia menjadi istri adalah keputusanku sendiri. Dia gadis pekerja keras. Aku yakin bisa menghidupi keluarga kecilku, meski hanya kuberi sebagian kecil dari uang gaji yang kudapat. Sedang sebagian besarnya tetap kuberikan pada ibu.

Sejak diangkat PNS, kehidupan keluarga berubah drastis. Bagaimana tidak? Semua uang benar-benar aku gunakan untuk membahagiakan mereka. Bapak minta dicarikan uang buat bisnis, SK aku gadaikan di bank. Iyan daftar kerja di PLN, langsung aku ambil uang di koperasi. Aku juga selalu berusaha membahagiakan ibu dengan menuruti semua keinginannya.

Akhirnya, utangku numpuk dan diriku sendiri sama sekali tidak kupikirkan.

Bahkan, saat teman-teman memilih membeli motor gaul, aku tidak memikirkan hal itu. Motorku hanya motor butut bekas yang kubeli dengan pinjaman dari bank, bersamaan dengan uang yang diminta bapak. Baju-pun hanya punya beberapa helai saja. Karena bagiku, penampilanku tidak jauh lebih penting daripada membahagiakan keluargaku.

Beberapa tahun kemudian, tanggungan cicilan bank semakin kecil. Saat itulah, aku berani membina biduk rumah tangga.

"Istrimu harus manut, nurut sama kamu maupun sama kami, Gam. Ingat, jangan sampai kamu dikendalikan olehnya. Kasih sayangmu pada kami harus yang nomor satu."

Nasihat Mbak Eka selalu kukenang sampai kapanvpun. Keluargaku sangat takut bila gajiku akan dikuasai pendamping hidupku. Aku pastikan, itu tak akan pernah terjadi.

"Rida kami yang utama, Gam. Jangan sampai kamu melakukan sesuatu di luar persetujuan bapak dan ibu. Sampai kapan pun, kamu harus menuruti perkataan kami." Bapak memberi nasihat dengan netra berkaca-kaca.

"Pak, sampai kapan pun, tidak akan pernah ada mantan orang tua. Tapi,mantan istri, banyak sekali. Aku akan menuruti apa yang menjadi rida bapak dan ibu. Bila istriku nanti membuat aku menjadi pembangkang, lebih baik kutinggalkan saja dia," jawabku, meyakinkan keluargaku.

"Kamu harus tetap tinggal di sini, Gam. Kami tidak bisa jauh dari kamu. Pokoknya, kamu tidak boleh tidur di rumah istri kamu terus. Pulanglah ke sana beberapa hari sekali." Pesan Mbak Eka lagi, sebelum hari pernikahanku.

"Iya, Mbak. Kalian tetap nomor satu dalam hidupku."

Awal menikah dengan Nia, perempuan lugu dan pekerja keras itu membelikanku banyak baju. Kqrena aku hanya memiliki beberapa potong. Dia juga sangat menerima keadaanku yang gajinya pas-pasan. Padahal, aku berbohong. Terkadang, bila akhir bulan, aku sering meminta hasil jualannya untuk membeli bensin. Wanita itu, dengan senang hati memberikannya.

Aku sangat sebal melihat penampilannya yang menurut orang Jawa-nglemprot. Sama sekali tidak menyenangkan di mata. Daster lusuh, muka kusam dan badan yang semakin berisi, membuat diri ini enggan untuk menyentuh. Namun apa daya, dia adalah istri sah yang harus aku gauli.

Kadang, sampai malam, Nia masih berkutit dengan keripik dagangannya. Saat lelah, dia langsung tidur tanpa bersolek untuk menyenangkanku lebih dulu. Heran, apa dia tidak tahu tempat membeli kosmetik agar terlihat cantik?

Kala suntuk seperti itu, pilihanku adalah berhugungan dengan Anti, mantan terindahku yang cantik dan menggemaskan.

"Kapan utang kamu lunas, ya, Mas? Biar aku sedikit bias bersantai, tidak cari uang," keluhnya bila capek berjualan.

"Sabar, ya, Sayang? Semua akan indah pada waktunya." Aku selalu menghiburnya kala mengeluh. Jangan sampai, dirinya tahu yang terjadi di belakang.

Tiga tahun setelah aku menikah, lyan memperistri seorang wanita yang sangat cantik. Dia adalah menantu idaman keluargaku. Cantik dan pandai bersolek. Tak hanya Mbak Eka serta orang tuaku, diriku juga sangat bangga dengan kecantikan Rani. Seringkali, aku memuji-muji dia di depan Nia. Istriku hanya akan diam sambil menunduk.

"lyan itu memang tak ada bandingannya.

Tidak ada yang bisa mengalahkan kecantikan Rani. Bapak dan ibu pasti sangat bangga menantunya menjadi pujaan semua orang. Pandai bersolek pula," ucapku, dengan penuh semangat.

"Kamu tahu, Dek? Dia menjadi kesayangan dan kebanggaan kami semua."

Selepas pertunangan sampai menjelang pernikahan, aku selalu mengungkapkan kekagumanku akan calon adik iparku. Bila sudah begitu, Nia akan menunduk dengan sudut nertra yanv terlihat basah. Ah, mungkin ikut terharu dengan anugerah yang Allah berikan pada keluarga besarku.

Setelah menikah, Rani benar-benar menjadi menantu kesayangan ibu. Aku sudah menyuruh lyan untuk memberikan seluruh gaji pada sang istri. Keperluan makan mereka, biarlah aku yang menanggung.

Setelah melihat Rani yang pandai merawat diri, rasa bosanku semakin besar pada ibu dari Dinta, anak semata wayangku saat itu.

Jika berkumpul dengan teman, kulampiaskan kekesalan dengan mengejek dirinya di khalayak ramai. Tentu saja, hal itu akan mengundang tawa dari mulut kawanku. Di sanalah kebahagiaanku bertambah. Aku paling suka bila omonganku mendapat sambutan meriah. Dan topik yang paling ramai mengundang tawa adalah kejelekan istriku. Biarlah, kulampiaskan kesalku padanya. Salah sendiri, jadi istri tak pandai mengurus diri.

Saat hamil Danis, aku masih sering meninggalkannya bersama Dinta. Biar saja, kan masih ada orang tua yang dekat dengan rumahnya. Saat kelahiran anak ke duaku itu, aku tidak mendampingi karena menginap di rumah ibu selama tiga hari. Bagiku, tidak penting berkomunikasi dengan Nia. Yang harus aku jaga adalah komunikasi dengan orang tua serta saudara-saudaraku.

Istriku hanya ditemani seorang supir angkot serta Mak Tarni tetangganya saat menjalani operasi caesar. Waktu itu, napak mertua masih merantau di Jakarta. Aku merasa sedikit bersalah karena saat sampai rumah,mendapati sebuah kunci yang dititipkan tetangga.

*****
        Mujihartono
https://www.media 86berita online.co.id

MEDIA OLINE 86BERITA PROP.JATENG bekerja sama dengan MEDIA SILAMPARI BERITA / (86berita.com) MUJIHARTONO jurnalistik kaperwil jateng REDAKSIONAL DITERBITKAN BERDASARKAN : Undang-Undang Pers No. 40/1999 Pasal 40 Ayat 1 (Kemerdekaan Pers Dijamin Sebagai Hak Asasi Manusia)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama